Rabu, 18 September 2013

MAYBE??!!

#4#


Restu ko kabarinnya mendadak banget si kalau dia lagi di Jakarta, sampai-sampai dia suruh aku ijin buat gak ikutin jam kuliah berikutnya. Mestinya dia bilang ditelepon tadi pagi kalau dia mau ke Jakarta. Kadang suka bikin orang bingung, sampai-sampai lupa kalau lagi kangen sama dia.

"Mas ko aneh gitu mukanya, buru-buru banget, mau kemana sebenarnya?" Tanyaku bingung, Restu tidak brbicara apapun sejak tadi, dia hanya menyuruhku masuk kemobil, dan setelah itu dia hanya fokus mengandarai mobil tanpa berbicara sedikitpun. "Mas dari Bandung jamberapa siang gini udah diJakarta aja?"
"Kakak mau makan dulu gak? Kita makan dulu ya, Kakak kan cape, habis ini kita kerumah sakit" Ucap Restu tiba-tiba.
"Loh belum temuin Mama emangnya?"
"Kamu mau pesen apa? Apa mau aku yang pesenin aja??"
Ditanya malah nanya lagi dan mengabaikan pertanyaanku. "Aku gak ngerti deh kamu kenapa"
"Aku gak kenapa-kenapa sayang. Aku angkat telepon dulu sebentar ya" Restupun menjaga jarak dengan Kanaya untuk dapat berbicara ditelepon.
*Percakapan ditelepon*
"Gw lagi diJakarta, Ayahnya Kanaya kecelakaan. Lo bilang aja ke Icha lo mesti ketemu Mama diJakarta mendadak"
"-----------------------"
"Iya pacar gw"
"-----------------------"
"Gw juga khawatir sama Kanaya, sama sama lo khawatir ke Icha, gw hari ini gak bisa bantu lo dulu, gw gatau bakalan pulang hari apa. 
"-----------------------"
"Kanaya belum tau Ayahnya kecelakaan, gw mau anter dia dulu. Lo gak usah telepon gw dulu. Kalau mau BBM aja, kalau sempet gw read" Restupun segera mengakhiri pembicaraannya dan kembali menghampiri Kanaya.
"Siapa Mas? Serius banget ngobrol diteleponnya" Tanya Kanaya yang sejak tadi memperhatikan Restu ketika berbicara ditelepon. "Sebenarnya kita mau ngapain kerumah sakit, ini juga kan bukan tempat Tante Andin"
"Kakak ditungguin didalem" Ucap Restu dengan berat hati. Restu takut ketika Kanaya tau Ayahnya sekarang sedang dalam keadaan kritis karena kecelakaan ketika pulang mengantar pesanan tadi Kanaya akan down. Saat ini Restu hanya menunggu diluar ruangan, dan membiarkan didalam hanya ada Tante Rini, Kanaya dan Mama.
"Nak Restu, gimana keadaan Kang Abi yah??" Tanya Mang Asep yang baru saja tiba bersama Bagas.
"Mang Asep sama Bagas kesini, terus yang jaga rumah siapa??" Sahut restu.
"Ada Laras atulah Den, dia sengaja gak saya ijinin buat ikut. Den, tadi mah Mamang yah, udah larang Kang Abi buat gak nganter pesenan, soalnya Kang Abi bilang kepalanya pusing, tapi kata dia gak enak kalau bukan dia yang nganter, soalnya ini teh pesenan temannya Den, katanya sekalian mau silaturahmi juga"
"Atuh Mang, musibah siapa yang tau. Om Abi masih kritis sekarang"
"Si Kakak kumaha Den?"
"Kanaya didalam Mang, gak sanggup saya kalau ada didalam, bingung kalau Kanaya nangis liat Ayahnya, dia sama Om Abi kan deket banget Mang" 
"Iya Den benar itu" Sahut Mang Asep. "Bagas, kamu teh diam saja dari tadi, aya naon Gas?" Tanya Mang Asep.
"Mang, tadi saya sempat ngobrol sama Bapak, terus Bapak bilang dia mah percaya sama Mang Asep kalau Mang Asep bisa jaga bisnin Marmernya Bapak, Bapak juga suruh Pak Hendra buat ajarin Mamang biar bisnis Bapak terus berjalan" Ujar Bagas. "Satu lagi ya Mang, Bapak teh katanya senang ada Den Restu yang bisa sesayang itu sama Anaknya, makanya Bapak mah maunya udah titip Kanaya saja sama Den Restu, Bapak percaya kalau Den Restu mah bisa jaga Kanaya, Kalau soal Ibu, Ibu mah orang yang ikhlas katanya. Gitu Mang"
"Kapan Kang Abi ngomong gitu Gas??"
"Pas tadi Bagas angkatin marmer ke mobil Mang, yang mamang lagi sibuk beresin Marmer yang baru datang" 
"Beneran Gas? Kalau gitu Restu masuk dulu ya Mang, Mamang mau ikut masuk juga sama Bagas?" Tanya Restu.
"Iya atuhlah Den"
~~~~

*Restu*
Kejadian yang sama sekali gak pernah terlintas dibenakku Tuhan, bagaimana dengan Kanaya? Rasanya mau tinggal diJakarta lagi aja, bisa jagain Mama dan Kanaya kaya dulu, gak seperti sekarang untuk bertemu saja jarak yang ditempuh gak cukup kalau hanya 1 jam. Gak bisa lihat Kakak kayak gini, Kakak harus kehilangan Ayahnya dalam waktu singkat, Om Abi adalah sosok Ayah yang begitu dekat dengannya bahkan kedekatan Om Abi dengan Kanaya lebih dekat dari kedekatan Tante Rini dengan Kanaya.

Semua yang hidup pasti akan mati, kita memang harus mengambil resiko meninggalkan ataupun ditinggalkan, tetapi tetap saja itu semua pasti berat, terlebih keberadaan orang itu sangat dekat dengan kita. Sosok Om Abi di mataku juga sangatlah baik, bahkan sesekali aku sering merasakan sosok seorang Ayah ketika sedang membantu atau sekedar mengobrol dengan Om Abi.

Melihat Kanaya yang sudah sangat terlihat lelah, dengan mata yang sembab karena tidak henti-hentinya menangis membuatku ingin memeluknya erat. Aku percaya Kakak sosok yang kuat, sehingga kesedihannya tidak akan berlarut, bagaimanapun caranya aku akan membahagiakan Kakak.

"Restu" Panggil seseorang tiba-tiba, orang itupun menghampiri Restu dan ikut duduk disebelahnya. Restupun seketika menoleh kearahnya.
"Om Hendra" Ujar Restu.
"Beberapa waktu lalu Kakak Om, Mas Abi, sempat cerita hubungan kamu dengan Kanaya. Om gak maksud mau memberatkan kamu, hanya saja om percaya kamu pasti bisa jaga Kanaya, karena Mas Abi sendiri sangat yakin akan hal itu. Kamu juga sudah kenal betul bagaimana Kanaya, tapi itu semua kembali lagi kekamu. Tapi itulah harapan Mas Abi" Ucap Om Hendra yang adalah Adik dari Om Abi.

Sedikit berat memang ketika kita mendapat kepercayaan besar seperti ini, tapi aku akan menjaga kepercayaan Om Abi dengan baik!! "Kak makan dulu yuk, sudah disiapin sama Mama, kalau Kakak sudah merasa baik nanti kita balik lagi kerumah" Saat ini Kanaya dibiarkan untuk menenangkan diri dahulu dirumah Restu sepulang dari pemakaman tadi sampai keadaannya sedikit membaik. Karena sangat tidak mungkin jika ia pulang kerumahnya, suasana disana masih sangat haru, terlebih sang Ibu sendiripun masih sangat terpukul dengan kepergiaan Ayah.

"Mas" Ucap Kanaya pelan, Kanaya pun memeluk Restu Erat. "Ayah udah gak ada" Suara lirih Kanaya pun terdengar ditelinga Restu, air mata itupun kembali mengalir dengan sedihnya.
"Ayah gamau liat kamu sedih karena kepergiaannya, kamu kuat kok Kak, aku percaya itu. Ayah akan lebih bahagia jika kamu ikhlas melepas kepergiaannya. Ibu juga akan bingung nantinya kalau kamu terus-terusan kaya gini. Aku bakalan temenin kamu kok, udah ya" Restupun menatap Kanaya lembut, kemudian membasuh air mata yang ada dipipinya. "Habis ini kita pulang, jagain Ibu"
"Kakak, makan dulu yuk, atau mau tante bawain kesini makanannya?" Ucap tante Andin menghampiri mereka.
"Udah mah nanti sama aku aja" Ujar Restu.
"Jagain Kanaya dulu ya sayang, Mama mau kerumah Tante Rini lagi, kalian baik-baik disini ya. Kalau Kanaya sudah membaik, nanti kamu nyusul ya"
"Iya Ma" Sahut Restu.
"Mas makasih ya udah sempetin ada disaat-saat seperti ini" Ucapnya ketika diperjalanan menuju kerumah Kanaya kembali. Restupun hanya tersenyum menatapnya.
~~~~

Berat banget rasanya, Ayah udah gak ada, aku terus-menerus bersedihpun gak akan bikin Ayah kembali lagi disini, disamping Aku sama Ibu. Satu-satunya ya cuma Ikhlasin semuanya, tapi gak segampang itu. Kami selalu menghabiskan waktu sama-sama tapi setelah ini semuanya  gak akan sama seperti beberapa hari yang lalu.

Aku mesti bisa mengembalikan keadaan seperti semula, meskipun tetap beda tanpa kehadiran Ayah, aku gak mau juga bikin Ibu bingung, juga Restu. Ibu sendiri juga sudah mengikhlaskan Ayah, dan itu harus aku lakukan juga. 

Hari ini Restu harus pulang keBandung, dia sudah hampir 1 minggu nemenin aku di Jakarta. Suasananya akan terasa sangat sepi, terlebih pastinya buat Ibu, karena aku sendiripun harus kembali kuliah.

"Kak, gak apa-apa ya ditinggal ke Bandung dulu, nanti liburan semester aku free disini kok" Ucap Restu. "Jagain Ibunya jangan ditinggal-tinggal"
"Ya paling aku tinggal kuliah Mas" Sahut Kanaya.
"Tante, Restu pamit dulu ya. Tante telepon Mama aja kalau lagi merasa kesepian hehe"
"Iya Restu, hati-hati dijalan ya"
"Iya Tante, Assalamu'alaikum" Restupun mengklaksonkan mobilnya dan berlalu.

Semuanya sudah kembali normal, Ibu kelihatannya sudah mulai terbiasa dengan suasana saat ini, begitupun juga aku. Usaha Almarhum Ayah juga sejauh ini masih baik-baik saja dengan ditangani Mang Asep, Bagas sama Bi Laras yang juga suka bantu-bantu Ibu dirumah. Om Hendra adik Ayah juga jadi sering berkunjung kesini untuk memantau perkembangan usaha Ayah.

Akhir bulan ini aku akan ke Bandung karena ada tugas untuk liputan diBandung, ini adalah tugas akhir semester, tentunya aku gak menyelesaikannya sendiri, ada Sindy dan Aga yang juga adalah kelompok kerjaku. ketika mendengar nama itu, Bandung?? Satu-satunya yang terlintas dibenakku adalah Restu.

Hampir 2 bulan berlalu setelah keprgian Ayah saat itu, aku gak pernah bertatap muka dengan Restu, wajar saja jika saat ini aku sangat menanti saat ketika liputan di Bandung nanti. Akupun sudah memberitahu Restu akan hal ini.
~~~~

*Restu*
"Lama banget lo sembuhnya, udah aja kenapa si lo aja yang jalan sama cewe lo. Cewe lo juga udah baik-baik aja ko, gara-gara lo ujian semester gw keganggu, cuma 1 hari selama semester gw gak telat. Untung report keseharian gw dikampus bagus. Payah lo ah" Ucap Restu ketika menemui Ridho di Kostannya.
"Hahaaa iya sabar, gw juga udah bisa jalan lagi, paling tinggal beberapa hari lagi lo pura-pura jadi gwnya" Sahut Ridho. "Cewe lo gak pernah ke Bandung?
"Akhir bulan dia bakalan ke Bandung buat nyelesain tugas semesternya, makanya gw suruh lo cepet-cepet sembuh,  biar selama Kanaya di Bandung, gw ada waktu free buat dia, sekalian gw mau pulang ke Jakarta juga!!"
"Yaudah akhir bulan mah gw udah sembuh total kok, udah cepet sana jemput Icha, dikit lagi selesai kelas dia"
"Iya!!"
Hahhhh, yang namanya abang tuh mestinya gak ngerepotin adiknya kayak gini, ini si dia jadi memanfaatkan gw sebagai saudara kembarnya. Restu bilang juga Mama gak usah bilang kalau Restu kuliah di Bandung, untung Papa gak tau apa-apa.
"Heyy, kamu bengong aja sih??"
"Hahhh?? Ngga" Sahut Restu ketika tiba-tiba Icha menegur nya.
"Kamu udah lama nunggu aku? Kenapa didepan kampus gini si? Kenapa gak diKantin"
"Sebentar ya ada telepon, aku angkat telepon dulu ya" Restupun mulai menjauh dari tempat Icha berdiri.
*Percakapan ditelepon*
"Hahhhh? Kamu lagi diBandung?"
"----------------"
"Kamu bilang akhir bulan? Ya ngga si, aku juga udah gak ada kelas ko"
"----------------"
"Iya, kamu lagi dimananya Bandung. Biar aku bisa langsung ketemu kamu" Ucap Restu, tapi tiba-tiba saja Restu terkejut ketika mendapati sosok orang yang sedang berbicara ditelepon saat ini ternyata ada dihadapannya.
"Mas Restu" Sapa Kanaya.
"Lohhhh kamu disini??" Tanya Restu bingung.
"Mas Restu lagi ngapain disini? Ini bukan tempat kuliah Kamu kan??" Tanya Naya bingung. Naya jelas bingung, meskipun Naya gak terlalu tau Bandung tapi dia tau tempat disampingnya ini Universitas apa dan Restu kuliah dimana.
"Siapa bee?" Tanya seseorang tiba-tiba.
Seketika Restu bingung harus berbicara apa, dia ada diposisi yang sulit dimengerti untuk saat ini, sangat tidak mungkin juga menjelaskan semuanya didepan mereka brdua, karena mereka tidak mungkin jika tidak salah faham terlebih dahulu.
"Biar aku jelasin satu-satu" Ucap Restu dengan tegas.
"Aku kok gak pernah kenal sama teman kamu yang ini Dho?"
"Teman?? Dho?? Ini apaan si Mas. Jadi selama ini Reza Restu Pratama yang aku kenal begini kelakuannya dibelakang aku???!!!!!"
"Reza Restu Pratama??? Ridho ini apaan si???"
"Arghhhhhhh bentar-bentar, Kak aku bisa jelasin ini semua" Restupun mencoba mengejar Kanaya yang tiba-tiba hilang ditengah keramaian. "Kenapa jadi begini sih, akhirnya apa yang gw takutin terjadi juga" Akhirnya Restu mencoba menghampiri Icha ketika iya menoleh dan mendapati sosok Icha yang masih berdiri didepan sana. "Cha gw bisa jelasin ini semua, lo harus percaya sama gw" Ucap Restu.
"Barusan kamu bilang Apa?" Ichapun kaget mendengar bahasa Restu berbicara dengannya.

Kini Restu mulai menceritakan satu demi satu dibalik kesalah pahaman ini, ia menceritakan kecelakaan Ridho yang Ridho sendiri gak ingin Icha mengetahuinya. Awalnya Icha gak percaya, tapi ketika Restu bilang dia dan Ridho kembar Icha mulai berfikir keras. Restu pun mengingatkan keanehan-keanehan dan perbedaan sifatnya dengan Ridho belakangan ini ketika bersama Icha. Icha pun mulai memahami semuanya, Seketika Restu langsung mengantar Icha bertemu dengan Ridho.
~~~~

NEXT!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar