Selasa, 10 Desember 2013

WAKTU YANG TIDAK PERNAH TEPAT

"Cha ada customer nunggu didepan?" Ujar rekan kerja Icha.
"Tumben banget Wit hari kamis Bank ramai, baru ditinggal ketoilet sebentar aja langsung ada Customer datang" Ucap Icha sambil menarik nafas panjang.
"Sabar ndo" Sahut Wita. "Deo gimana Cha? Mau main kerumah deh tapi setiap libur ada aja kerjaan nganter Ibu lah, belum lagi kalau Eky ada waktu buat kita jalan bareng"
"Hehe, aku aja nanti Wit yang main sama Deo. Sekarang mah Deo maunya diajak main terus, makanya kasihan Mamah dirumah" Beginilah bekerja dibagian Customer Care, nggak tau kapan Customer itu sendiri datang, entah untuk membuat Rekening baru atau mengajukan pinjaman uang. Ini pengalaman pertama bekerja diPerbankan. Setelah 6 bulan bekerja disini, 2 bulan pertamalah masa-masa yang menurutku adalah masa adaptasiku untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan kerja yang seperti ini. Beruntung rekan-rekan kerjaku disini tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, ya setidaknya aku sudah cukup nyaman disini.
"Raisa Anindya" Ujar seorang Customer dihadapan Icha.
"Iya Pak? Ada data yang ingin diperbaiki" Tanya Icha yang sedang membuatkan rekening baru untuk seseorang yang ada dihadapannya ini.
"Oh ngga, itu sudah benar"
"Rekening lamanya sudah dipastikan tidak aktif lagi dan semua tabungan Bapak sudah kami pindahkan keRekening yang baru ya Pak." Ujar Icha seramah mungkin. "Ini buku tabungannya dan ini ATM nya. Terimakasih, silahkan datang kembali"
"Cha Customer kamu pasti noleh nih, 1,2..........."
"Maaf, kamu Icha 10 IPA 2?" Tanya seseorang mengejutkan Icha. "Kamu kenal orang ini?" Orang itupun tiba-tiba menunjukan foto siswa SMA yang terpasang didompetnya.
"Kak Yoyo???" Sahut Icha.
"Jadi kamu bener Icha? Istirahat makan siang saya tunggu didepan ya" Orang itupun berlalu dan berhasil membuat Icha bertanya-tanya.
"Cha orang itu beneran nunggu kamu loh, kamu istirahat duluan gih, ada orang ini Cha, customer juga ngerti kalau ini jam istirahat"
Icha pun menatap kekepala bagian disini. "Iya Cha kamu temuin dulu, daritadi juga kamu belum istirahat. Gak apa-apa" Ujar Pak Budi.
"Yaudah Wit duluan ya, Pak Icha keluar dulu ya"
Ahh siapa sebenarnya orang itu, dia benar-benar nunggu. Tapi tadi itu beneran fotonya Kak Yoyo anak 12 IPA 1 dulu, kok bisa sama dia? Terus kenapa juga bisa kenal aku? Apa kita juga satu sekolah.
"Ohh dari tadi nunggu neng Icha mas? Atuh neng Icha mah Iya bener Mas suka makan soto mie diwarung mamang"
"Hehe iya Mang" Sahut Rio.
"Ahh Mang Dudung" Ucap Icha.
"Mau pesen apa Cha? Biar sekalian"
"Mang Dudung, Icha kaya biasa aja ya" Ujar Icha. "Saya kira Bapak bercanda mau nunggu saya" Sahut Icha yang masih bingung.
"Saya gak pakai bihun ya Pak. Kamu gak ngenalin saya juga? Apa saya harus buka kacamata kaya gini? Terus tutupin kumis tipis saya juga?"
Ichapun terkejut, jadi orang ini benar-benar satu sekolah dengannya? "Ini Kak Yoyo? Rio Abi Rizky?" Dengan wajah yang masih bingung Ichapun sesekali tertawa begitupun dengan seseorang dihadapannya saat ini yang sudah kembali memasang kacamatanya. "Kak Yoyo? Ini benar-benar jauh dari Kak Yoyo 12 IPA 1 dulu"
"Haha kamu bisa aja Cha" Sahut Rio. "Kamu kok bisa diBandung Cha? Kamu nikah sama orang Bandung?" Tanya Rio penasaran.
"Aku tinggal diBandung sama Mamah Kak, semenjak nenek meninggalkan rumahnya gak ada yang tempatin, jadi rumah diJakarta dikontrakin sama Mamah hehe. Oh iya Rekening tadi itu atas nama Dr. Rio Abi Rizky ya, kok aku gak sadar yah ~ eh Kak Yoyo udah jadi Dokter???"
"Hehe payah kamu, iya Cha, aku sudah 1 tahun ditugasin diBandung"
"Tinggal sama istri atau masih single Kak hehe"
"Single Cha, udah setahun kira-kira"
"Wah langka tuh Kak cowok yang bisa menjomblo dalam waktu 1 tahun hehe, emang semenjak putus gak mau cari lagi Kak? Bahaya kalau Pak Dokter yang kaya gini masih single mah" Ichapun mulai meledek Yoyo.
"Kali ini cerai Cha bukan hanya sekedar putus, tapi udahlah" Riopun mengalihkan pembicaraan. "Kapan-kapan aku boleh main kerumah dong ya hehe, gak nyangka akhirnya punya teman juga diBandung"
"Ahh maaf ya kak" Sahut Icha. "Boleh main aja Kak, nanti aku kenalin sama Deo"
"Deo? Siapa? Suami kamu?"
"Bukan, anak aku kak hehe"  Deo itu memang benar-benar anak aku, cucunya Ibu. Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu akan muncul tapi biarlah, yang penting sejauh ini baik-baik saja. "Pak Icha duluan ya, Wit aku duluan, takut lama lagi ada angkotnya hehe"
"Hati-hati neng" sahut Pak Budi.
"Iya Bunda kece, salam buat si kecil ya"
_____________
Ternyata keberadaan seorang anak itu benar-benar bisa membuat seorang wanita itu lebih dewasa, meskipun sebelumnya niat-niat jahat itu pernah ada. Tapi sekarang setiap kali melihat sikecil ini rasanya bahagia tidak perduli lagi apa hal buruk yang pernah aku fikirkan dimasa lalu, tapi yang aku fikirkan sekarang adalah apa yang belum pernah aku fikirkan untuk masa depannya kelak.
"Mah, Icha libur Mamah mau dianter kerumah Tante Sofie?" Ujar Icha yang baru saja selesai memandikan sikecil.
"Ngga usah Cha, kasian si Deo nya lagi flu. Obatnya tadi Mamah pindahin kemeja makan didapur ya Cha"
"Yaudah hati-hati Mah, salam buat Tante ya"
--------
"Pak Caffe diBandung kapan Bapak bisa lihat pengerjaannya disana?" Tanya seorang pegawai.
"Bulan depan lah Ndi, saya masih harus ngurus pemesanan propertinya"
"Oh yasudah Pak, biar nanti saya konfirmasi kesana"
--------
Orang ini selalu saja sibuk dengan statusnya sebagai Dokter, terlebih ketika ia mengakhiri status pernikahannya. Menghabiskan waktu diRumah Sakit akan lebih berarti dibandingkan dengan rumah pribadinya yang baru beberapa bulan resmi menjadi miliknya. Sesekali ia mendapat ledekan-ledekan kecil dengan statusnya yang sekarang ini, tapi ia sama sekali tidak menanggapi akan hal itu. Mencari pendamping hidup kembali mungkin sedang ia lakukan, tetapi semuanya perlu pertimbangan karena kegagalan yang pernah dialami.
"Ini aku Yoyo, kamu kerja hari ini?"
"-----------------------------"
"Iya itu aku Cha. Izin kenapa?"
"------------------------------"
"Deo??"
"------------------------------"
"Oh iya, sudah kamu bawa keDokter?"
"-----------------------------"
"Aku boleh main kerumah?"
Pembicaraanpun berakhir, sekedar membantu tidak ada salahnya. Mungkin saya juga bisa berteman baik dengan suaminya Icha, mungkin.
"Iya Tante inget dulu pernah ketemu kamu ya Yo waktu ada rapat disekolah, itu udah beberapa tahun yang lalu tapi ya." Ujar Mama Icha yang sibuk dengan suguhan yang ia siapkan untuk tamu yang baru saja datang. "Diminum Yo, Tante panggil Icha dulu. Oiya maaf ya nak Yoyo, selama ngobrol sama Icha nanti tolong jangan tanya tentang Ayahnya Deo ya" Ucap Mama Icha dengan nada suaranya yang diperkecil.
"Kak Yoyo kayaknya kenal Bandung banget yah, baru tadi telepon tahu-tahu sudah sampai aja hehe" Ujar Icha yang tiba-tiba sudah menampakan diri sebelum dipanggil sang Ibu.
"Kalau jalan ini aku sudah biasa lewatin Cha, rumah kamu lebih deket dari Rumah Sakit dibanding tempat tinggalku hehe."
"Oiya Mah Deo tolong diusap-usap kepalanya, kasihan dia kagetan dari tadi"
"Demamnya masih tinggi Cha?" Tanya Yoyo.
"Sudah turun kak, tadi dibeliin obat sama si Mamah diapotik hehe"
"Jangan sembarangan ya Cha kasih obat ke anak" Ujar Yoyo, tapi tiba-tiba saja Yoyo teringat ucapan Mama Icha yang melarangnya membahas tentang Suami Icha. Memang agak sedikit ada yang aneh, rasanya ingin tau tapi sepertinya itu terlalu privasi. "Itu tadi jangan diminumin lagi ya Cha obat apotiknya, terlalu keras untuk anak seumuran Deo. Nanti kalo sekiranya sudah baikan, obat yang aku kasih bisa kamu berhentikan konsumsinya"
"Iya Kak, makasih ya. Jadi ngerepotin Kak Yoyo gini"
"Gak apa-apa Cha, kasihan Deo lagi lucu-lucunya, harusnya bercanda sama bundanya ini malahan rewel" Ujar Yoyo. "Yasudah aku pamit ya Cha, titip salam buat Tante. Biar si kecilnya cepet sembuh ya Cha" Yoyopun mulai memasuki mobil, dan perlahan bayangannyapun menjauh pergi.
Tiba-tiba saja Icha teringat Yoyo yang bisa memberikan perhatiannya kepada anak kecil yang sedang tertidur pulas dihadapannya ini. Ichapun mulai meneteskan air mata, selama ini hanya ada sang Ibu yang menemaninya menjaga dan merawat si kecil, bukan sosok seorang Ayah yang seharusnya. Icha selalu berharap semoga kasih sayang Mamah dan dirinya selalu cukup buat Deo, tanpa ia mengharapkan kasih sayang dari sang Ayah nantinya.
____________
Lagi-lagi Pria Single selalu saja lebih sibuk dengan pekerjaannya dibandingkan dengan masalah percintaan. Padahal mereka sendiri menyadari jika memang sudah seharusnya diusianya sekarang mereka sudah mempunya pendamping hidup yang bisa mendukungnya didalam pekerjaan mereka.
"Saya akan benar-benar mengawasi Caffe diBandung untuk pembukaan awal ya Ndi, kalau ada sesuatu yang mendesak mengenai Caffe diJakarta jangan segan buat hubungi saya" Ujar siempunya Caffe. "Saya percaya sama kamu" Ujar Bayu sambil menepuk pundak Andi yang menjadi pegawai kepercayaannya saat ini. 
"Iya Pak, hati-hati dijalan. Biar pembukaan Caffenya lancar, tadi anak-anak BBM udah 97% Pak, mungkin Bapak sampai sana benar-benar sudah siap buka Caffenya hehe" Andipun mulai menyemangati Bosnya.
------------
Yoyo agak sedikit bingung karena tiba-tiba ia mendapat undangan yang sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan.
"Maaf Tente, mestinya saya harus sampai sebelum Tante sampai, biar Tante gak nunggu gini" Yoyopun segera mengambil posisi duduknya. "Tante mau pesan makanan apa?"
"Sudah Yo, minum aja cukup" Sahut Mama Icha sambil tersenyum. "Icha benar-benar gak tau Tante kesini, karena dia sendiri juga lagi keluar sama Deo"
"Oh iya Tante, mengenai pertemuan ini saya gak akan bicara sama Icha" Ujar Yoyo.
"Terserah setelah Tante cerita kamu mau ambil kesimpulan seperti apa, tapi kamu benar-benar harus tau, karena Tante rasa sejauh setelah kamu sering keluar dengan anak dan cucu Tante, anak Tante pasti belum juga cerita soal ini meskipun Tante sendiri sudah pernah menyuruhnya untuk menceritakan hal ini sama kamu" Akupun mulai menarik nafas panjang, ya aku tidak ingin anakku diremehkan oleh laki-laki yang mengenalnya dekat karena masalalunya. "Ya, kamu mungkin akan bingung. Anak Tante belum pernah menikah Yo, tapi tentang Deo, dia benar-benar anak Icha" Yoyo agak sedikit terkejut dan begitu ingin tau kelanjutan cerita selanjutnya. "Tante tau kamu ada sedikit ketertarikan sama anak Tante makanya Tante berani cerita ini kekamu. Ini lain halnya dengan kamu yang sudah pernah menikah lalu cerai, Tante memang gak bisa bilang anak Tante itu anak baik-baik, tapi semuanya sudah terjadi seperti ini."
"Ayahnya Deo??" Tanya Yoyo bingung.
"Anak itu gak pernah tau kalau anak Tante mengandung anak pertamanya............."
--------
"Kamu mau curhat masalah serius??? Apa?" Tanya Icha.
"Aku dijodohin sama anak temennya Ibu. Gak taulah Cha apa yang ada difikiran Ibu, penolakan aku juga cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri"
Seketika Ichapun seperti tertusuk panah tajam, iapun segera mengurungkan niatnya untuk memberi kabar tentang apa yang mereka lakukan malam itu. Entah apa yang menghantui mereka saat itu, Icha benar-benar menyesal. Diapun mencoba menghilang dari kehidupan orang itu dan memberanikan diri untuk menceritakan kesalahan terbesarnya kepada sang Ibu. 
---------
"Sekarang terserah kamu Yo, Tante gak mau kamu nyesel. Setidaknya kamu sudah gak lagi bertanya-tanya tentang ucapan tante yang melarang kamu menanyakan Ayah cucu Tante, dan kamu juga gak salah punya rasa yang lebih sama Icha"
"Saya gak pernah nyesel Tante bisa kenal Icha, cuma saya gak habis fikir dia bisa sekuat ini." Yoyopun mulai terenyuh.
"Tante sering nyindir tentang kamu tapi anak Tante kekeuh kalau laki-laki baik seperti kamu itu gak mungkin tertarik sama dia, apalagi setelah tau masalalu dia. Karena sejauh ini Icha selalu beranggapan bahwa gak akan ada laki-laki sebaik itu yang bisa menerimanya dengan kehadiran Deo ditengah-tengah mereka nanti. Mungkin hal itu yang selalu bisa membuatnya menjadi kuat, biar bagaimana Icha sudah menjadi seorang Ibu"
"Tapi Icha salah Tante, kalau sampai sekarang Icha masih belum kasih tau laki-laki itu tentang Deo. Sekalipun niat Icha baik, ahh Icha terlalu kuat untuk ini Tante, saya gak yakin"
____________
  Tante Rini benar, saya memang mempunyai ketertarikan yang lebih terhadap putrinya. Saya tidak habis fikir ada wanita muda sehebat putrinya, Icha yang selama ini Saya kenal baik, ramah, polos, kekanak-kanakan. Ternyata sangat bijak dan dewasa meskipun tidak sepolos yang Saya kira, tapi Saya yakin Icha bukan anak nakal seperti kebanyakan. Siapapun pasti punya masalalu yang buruk, begitu juga dengan Saya yang pernah gagal.
Sekuat-kuatnya Icha, Icha tentu membutuhkan seseorang untuk ia bersandar ketika lelah, bercerita ketika ada hal yang tidak bisa ditampung olehnya, juga berkeluh-kesah ketika ada masalah. Dia gak seharusnya menjalani hidup yang seperti ini sendirian, saya sendiri bukan laki-laki yang baik, siapapun yang menjadi pendamping Icha kelak, dia harus laki-laki yang benar-benar menjadikan Icha adalah masa depannya!!!!!
----------
Setelah 2 hari kemarin saya menghabiskan waktu di Opening Caffe sepertinya saya bisa melepas lelah hari ini, karena karyawan-karyawan saya sepertinya benar-benar bisa dipercaya, ya semoga saja.
"Jadi mau keliling Bandung nya Yu??" Tanya seseorang.
"Eh Om Agri" Toleh Bayu. "Jadi Om, habis lusa sudah harus diJakarta lagi hehe" 
----------
"Mau makan dulu atau langsung pulang Cha?" Tanya Yoyo ditengah perjalanan seusai mereka menghadiri salah satu pembukaan Taman Hiburan bersama.
"Oh iya seharian ini aku belum liat Kak Yoyo makan" Sahut Icha sedikit khawatir.
"Haha, kenapa kamu jadi khawatirin aku. Kita berenti didepan yah" Yoyopun membelokan mobilnya kesalah satu Caffe yang sepertinya baru saja dibuka. "Hayu sini Deo nya biar sama aku dulu" Anak kecil memang selalu peka, Deo mulai merengek sambil sedikit demi sedikit mencoba untuk membuka matanya, lagi-lagi sang Bundalah yang dicari. "Duh, maaf ya sayang, tunggu sebentar ya, Bundanya lagi cari susu kamu dulu. Tadi kamu taro mana Cha?" Tanya Yoyo.
"Disini Kak" Ichapun sibuk dengan pencariannya. "Nah, ketemukan. Mau sama Om Yoyo atau sama Bunda hayoooo??" Bujuk Icha.
"Udah gak apa-apa sama aku Cha, tangan kamu juga pasti udah pegel gendong sikecil ini"
Merekapun mulai berjalan berdampingan layaknya keluarga kecil. Tapi kemudian Icha menghentikan langkah kakinya tanpa disadari Yoyo yang sekarang jauh lebih dulu didepan, entah yang Icha lihat itu benar-benar orang yang ia kenal atau hanya halusinasinya saja, tapi ia khawatir karena sebelumnya tidak pernah ada halusinasi seperti ini. Icha mulai berjalan kembali menyusul Yoyo dan Deo yang sudah menemukan tempat duduk didepan sana.
"Kenapa Cha?" Tanya Yoyo sedikit bingung melihat Icha yang tiba-tiba melamun.
"Oh gak ada apa-apa Kak, Kak Yoyo disini aja sama Deo yah, biar aku yang pesen makanannya" 
"Balik lagi Pak?" Tanya seseorang pelayan Caffe.
"Dompet saya ketinggalan Dit hehe"
"Wah faktor U tuh Pak" Ledeknya.
"Duhhh" 
"Maaf Mba"
Dan Dekkkk, tiba-tiba saja kekhawatiran Icha benar menjadi nyata, orang ini benar-benar ada disini.
"Ichaaa?????" Ichapun seketika terdiam kaku, tubuhnya seperti dibius, seakan dia tidak merasakan aliran darah yang mengalir ditubuhnya.
"Bundanya lama banget ya Dek" Ujar Yoyo yang mencoba menyusul Icha. "Tuh Bundanya tuh" Suara Yoyo pun tiba-tiba saja kembali menyadarkan Icha, Ichapun mulai menyadari keberadaan orang-orang ini didekatnya.
"Ini bener Icha kan? Ini anak kamu Cha??? Wah lama gak ketemu kamu ternyata sudah punya anak Cha" Bayupun tersenyum ketika melihat laki-laki yang sedang menggendong anak kecil dihadapannya ini. Namun Icha masih saja diam, Yoyopun mulai bingung dengan perubahan sikap Icha yang berubah aneh sejak tadi.
"Temennya Icha??" Tanya Yoyo. "Saya Rio" Yoyopun mulai menyodorkan tangannya.
"Bayu" Sahut Bayu. "Kalau gitu kalian duduk dimana? Karena kalian tamu special, kalian dapat kesempatan free makan disini"
"Mas pulang Yuk??" Tiba-tiba saja Icha mengambil alih Deo yang sejak tadi ada digendongan Yoyo, sikap Ichapun semakin membingungkan Yoyo kali ini.
Kami saling diam sejak tadi, Icha masih saja menatap kearah luar, dia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun sejak tadi, entah ada apa sebenarnya. 
"Cha??" Panggil Yoyo. "Kamu kenapa??" Yoyopun mulai menunjukan kekhawatirannya.
"Maaf Kak, tadi Icha lancang manggil Kak Yoyo" Ucap Icha dengan nada lirih. Yoyo mulai melihat air mata yang jatuh dari pelupuk mata Icha. "Kak, Icha minta maaf kalau selama ini Icha sama Deo banyak ngerepotin Kak Yoyo, gak seharusnya kaya gini"
"Aku sama sekali gak merasa direpotin kok Cha" Sahut Yoyo.
"Tapi harusnya Ayahnya Deo yang bersikap seperti itu, bukan Kak Yoyo."
"Aku sudah tau semunya, itulah alasan aku ingin bersama-sama kalian" Icha menatap Yoyo penuh dengan tanda tanya. "Mamah sudah cerita semuanya" Ichapun terkejut, perasaannya saat ini sudah tidak lagi bisa dimengerti.
"Mulai sekarang Kak Yoyo mungkin gak perlu lagi buang-buang waktu Kak Yoyo buat Icha sama Deo, kerena Kak Yoyo bukan siapa-siapa!!!"
Mobilpun berhenti tepat didepan rumah Icha, Ia keluar begitu saja tanpa menunggu Yoyo membukakan pintu mobil untuknya. 
"Cha" Yoyopun menahan tangan Icha ketika akan masuk kedalam rumah. "Aku sayang sama kamu, juga Deo. Aku gak perduli bagaimana masalalu kamu dan siapa Ayah Deo yang sebenarnya" Mamah Ichapun muncul dengan tiba-tiba dihadapan mereka dan mengambil alih atas Deo lalu kemudian kembali masuk. Kini Yoyo menariknya kepelukannya, ia mencoba menenangkan Icha. "Kita sama-sama punya masalalu yang gak bisa dibanggakan Cha, sekarang tinggal bagaimana kita, mungkin kita memang harus dipersatukan dengan cara yang seperti ini"
"Kak Icha benar-benar minta maaf gak bicara jujur sama Kak Yoyo sejak awal" Sahut Icha dengan suara yang sedikit berdesak. Ichapun mulai melepaskan diri dari pelukan Yoyo. "Tadi itu Ayahnya Deo" Tatap Icha dengan berani.
Yoyo agak terkejut dengan pengakuan Icha, namun itu semua tidak penting lagi, dia benar-benar ingin menjaga wanita dihadapannya dan berjanji untuk membahagiakan mereka kelakk.
"Gak perlu ada yang kamu takutin Cha, ada aku disini. Sekalipun nantinya kamu akan lebih memilih untuk menata keluarga kecil kalian, aku akan menawarkan diri sebagai Om nya Deo" Yoyopun tersenyum dan mencium kening Icha, namun tanpa disangka, Icha membalasnya dengan pelukan yang cukup kuat.
"Aku sayang kamu Kak, tolong tetap disini sama aku juga Deo. Bayu cuma seseorang dimasalalu" Pintanya.
_______________
Sepertinya si kecil akan membiasakan dirinya agar bisa sama-sama sama Bundanya sebelum Bundanya berangkat ke kantor. Hari-hari Icha memang semakin sibuk, terlebih sikecil sedang aktif-aktif nya karena baru mulai bisa berjalan tanpa ditatah oleh Bundanya, ucapan-ucapan yang keluar dari mulut mungilnyapun semakin beragam. Lelah tapi rasanya bahagia bisa melihat tumbuh kembangnya saat ini.
"Bunda berangkat dulu ya sayang, jangan nakal sama Eyang, jagain Eyangnya yah, muwahhhh" Pamit sang Bunda dengan lembut. "Mah Icha berangkat yah"
"Iya, jangan lupa makan Cha" Ichapun membalasnya dengan lambaian tangan.
Hari ini berlalu begitu cepat, Icha tidak langsung pulang karena ia ingin membeli makanan untuk cemilan dirumah. Tapi lagi-lagi Icha dipertemukan dengan seseorang yang sempat membuatnya shock beberapa waktu lalu, namun kali ini Icha jauh lebih tenang.
"Jadi 2 tahun kamu menghilang, gak lama setelah itu kamu nikah??? Kenapa kamu gak sempetin diri kabarin aku Cha? Kalau cuma Jakarta-Bandung aku pasti datang" Ujar Bayu.
"Pernikahannya sederhana Yu, cuma dihadiri saudara dekat Mamah sama Ayah aja" Sahut Icha.
"Terus kuliah kamu??"
"Skripsiku diterima, setelah 1 bulan tinggal diBandung, aku sempat balik keJakarta untuk pengurusan Wisuda diJakarta. Cuma emang agak sibuk, aku juga gak habisin banyak waktu dikampus" Ichapun tersenyum kemudian.
"Kamu banyak berubah ya Cha" 
"Hehe, itu karena kita sudah lama gak ketemu Yu. Aku duluan yah, yang dirumah sudah nunggu"
"Mau dianter" Bayupun seketika beranjak dari tempat duduknya.
"Gak usah, jam segini masih ada angkot"
----------
Sikap Icha yang agak sedikit dingin terhadapnya memang benar-benar Bayu rasakan, terlebih pertemuan mereka waktu lalu itu entah kenapa Icha terlihat sangat membencinya, lain dengan hari ini yang lebih sedikit meyakinkan bahwa mereka pernah saling kenal.
Bayu berfikir mungkin Icha memang menjaga jarak dengan laki-laki yang pernah dekat dengannya setelah ia mempunyai seorang suami. Sekarang mungkin ia akan sering bertemu Icha lagi, karena bisnis kulinernya yang menuntut ia untuk sering bulak-balik Jakarta-Bandung. Seandainya dulu ia gak benar-benar telat membatalkan perjodohannya, mungkin ia bisa lebih leluasa mengungkapkan perasaannya terhadap Icha, dan mungkin bisa jadi dialah yang menjadi suami Icha saat ini.
----------
  Beberapa hari ini saya diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas diYogyakarta. Rasanya 3 hari tanpa Icha dan Deo agak aneh, karena saya memang selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan mereka.
"Bundanya si kecil sepertinya sedang merindukan seseorang hehe" Sahut Yoyo yang baru saja mendapat telepon tak terduga. "Lagi apa Cha??"
"--------------------------"
"Duhh kayaknya Bundanya mulai jadiin si kecil alesan biar bisa keluar sama seseorang yang dirindukan nih, hayoooo. Oh iya, Deo nya kenapa belum tidur?"
"--------------------------"
"Lusa Cha, sabar ya. Mamah nginep? Kamu berdua aja??"
"--------------------------"
"Yasudah, kalau ada apa-apa kabarin aku ya. Bundanya sikecil mau oleh-oleh apa??"
"--------------------------"
"Oke Candi Borobudurnya Delivery deh. Sudah sana tidur, besok libur jangan jadi alasan buat begadang!!"
Ahh dia selalu saja berhasil membuat saya hilang konsentrasi, sepertinya ini sudah benar-benar mantap, semoga waktu yang tepat itu akan segera tiba.
"Apa?? Penundaan keberangkatan??" Ahh seharusnya saya bisa bertemu mereka besok.
"Iya Yo, untuk pemberangkatan malam ini ditunda sampai besok pagi"
"Hahh yasudah Dii, kamu urus saja semuanya"
"Oh iya Yo, beberapa waktu lalu saya bertemu Yulia, sepertinya kamu tidak salah bercerai dengannya"
"Jadi kamu percaya sekarang??"
"Hahaaa, saya gak habis fikir aja Yo. Oiya, kamu serius Yo sama siapa namanya?"
"Icha Dii, ya semoga memang dia benar-benar orang yang tepat"
--------------
Ahh tidak ada kabar sama sekali sampai siang ini, apa dia benar-benar sudah diJakarta???
"Kenapa Cha???" Tanya Wita.
"Ehh kamu minggu ini jadi ambil cuti Wit? Senangnya yang akan segera menikah" Ledek Icha.
"Ahh kamu Cha, kebiasaan buruk ditanya malah balik nanya"
"Hehe, pulang nanti bareng ya Wit, mau keBaby Shop deket rumah kamu dulu"
"Boleh-boleh, aku ikut kamu deh Cha, mau belajar jadi seorang Ibu hehe"
---------------
Entah imajinasi liar yang bodoh, bagaimanapun dia sudah bersama dengan orang lain, pemikiran yang seperti ini benar-benar sudah tidak waras.
"Pak?? Setiap kali pulang dari Bandung Bapak kelihatan banyak fikiran" Tegur seseorang. "Apa usaha diBandung gak berjalan lncar??"
"Ehh ngga Ndi, itu hanya perasaan kamu saja. Caffe diBandung ya sejauh ini tidak menimbulkan kerugian administrasi hehe. Kamu gak keberatan kan kalau saya sering kontrol keBandung, saya percaya Ndi sama kamu!!"
----------------
"Lohh??? Kamu gak sama Icha Yo??" Tanya Mama Icha ketika mendapati sosok Yoyo.
"Jadi Icha belum pulang Tante?? Saya baru sampai dari Yogja, ada canceled keberangkatan semalam. Kalau gitu Tante gak perlu khawatir, biar nanti saya coba ketempat kerja Icha"
"Udah kamu istirahat aja dulu Yo didalam, masa baru sampai sudah pergi lagi"
Beginilah jadinya, kenapa pula ponsel itu mesti masuk wastafel yang terisi air. Arghhhhh, Icha mungkin nunggu kabar saya, semoga dia gak fikir hal-hal aneh.
"Kamu dimana Cha?? Kamu belum pulang kerumah tapi aku susul ketempat kerja kata satpam kamu sudah pulang dari tadi??"
"-------------------"
"Iya, ini aku Yoyo, kebetulan masih ada teman kamu disini. Ponselku rusak. Kamu bisa tunggu aku sebentar? Biar aku jemput!!" 
_________________
Ahh aku terlalu khawatir sampai-sampai aku melupakan Deo. Ya, aku percaya setelah melihatnya tertidur pulas disofa, mungkin dia benar-benar baru tiba dari Yogya.
"Itu siapa De?? Ayah kamu bukan? Itu Ayah ya? Ayahnya lagi tidur, jangan diganggu ya" Ujar Icha sambil tersenyum melihat Deo yang bermain disekitar Yoyo. "Deo hari ini sudah makan berapa kali Mah??" Tanya Icha.
"Tadi kamu pulang Deo baru selesai makan Cha. Mestinya kamu suruh tidur Yoyo dikamar saja tadi"
"Kalau tau dia selelah ini aku pasti suruh dia tidur dikamar Mah" Sahut Icha.
"Kapan kalian menikah???" 
Kali ini Icha lumayan terkejut dengan ucapan Mamahnya yang tiba-tiba menyinggung soal pernikahan. Mereka belum sempat membicarakan soal pernikahan sejauh ini, karena memang belum ada moment yang tepat.
"Mamah yakin yoyo gak akan kecewain kamu Cha, kamu gak perlu takut. Sebelum kamu dibuat bimbang sama kehadiran Bayu, setidaknya kamu bisa sharing lebih dekat sama Yoyo kalau kalian sudah menikah nanti"
"Iya Mah, biar nanti kita bicarain" Jawab Icha singkat.
-------------------
"Duhhh siapa nih yang dari tadi gangguin Om" Ujar Yoyo yang sadar jika ia baru saja tertidur pulas cukup lama. "Hayooo kena, kamu jail ya, Om nya digangguin" Yoyopun mulai menggendong Deo yang sepertinya memang ingin bermain dengannya sejak tadi.
"Kak Yoyo udah bangun?? Makan dulu yuk Kak, itu Deonya dari tadi seneng banget gangguin Kak Yoyo disitu. Diajak kekamar, kesitu lagi, kesitu lagi" 
"Hehe, Deo kangen ya sama Om ya. Deo sudah makan belum, makan dulu yuk sama Om yuk" Yoyopun beranjak keruang makan bersama Icha dengan menggendong Deo, Yoyo memang sudah sangat dekat dengan keluarga Icha, sehingga tidak ada lagi kecanggungan disini.
Sebenarnya ketika Ibu Icha menyinggung soal pernikahan dan saat ketika Icha membahasakan dirinya sebagai Ayah Deo, Yoyo cukup sadar untuk mendengar itu meskipun ia sedang tertidur. Mendengar jawaban Icha dan kepercayaan seorang Ibu kepadanya agar dapat menjaga keluarga kecil anaknya semakin menguatkan Yoyo untuk segera berbicara serius mengenai pernikahan.
"Cha aku mau bicara serius sama kamu, ya aku berharap si pertimbangan kamu cukup baik mengenai permintaanku nanti" Ujar Yoyo disela-sela Dinner berdua mereka untuk pertama kalinya setelah sejauh ini mereka saling kenal. "Aku rasa ini waktu yang tepat karena akhirnya kita bisa punya waktu berdua untuk sama-sama" Ucap Yoyo agak sedikit nervous. "Jika kamu gak keberetan, aku bersedia untuk mendampingi kamu dan menjadi Ayah si kecil. Aku mau kita bangun keluarga kecil bersama-sama"
"Kamu serius?? Aku udah punya deo loh Mas??" Jawab Icha harap-harap cemas.
"Cha, aku udah anggap Deo itu bagian dari kita sejauh ini, aku gak cuma sayang sama kamu, tapi juga sama Deo. Mengenai soal Ayahnya Deo yang mungkin nanti akan muncul kembali dikehidupan aku sama kamu, aku sudah mempertimbangkannya, dan menurutku itu hal yang wajar, mungkin itu adalah ikatan batin seorang Ayah dengan anak kandungnya" Yoyopun mulai meyakinkan Icha.
"Sejauh ini aku sendiri memang berharap banyak sama kamu Mas, entah kenapa aku yakin kamu bisa mendampingi aku dan menjadikan aku lebih kuat" Jawab Icha membuat Yoyo menarik nafas lega dan bisa tersenyum bahagia. "Waktu lalu aku sempat bertemu Ayahnya Deo dengan tidak sengaja, dia sempat bertanya kapan aku menikah, mungkin dia mengambil kesimpulan itu setelah kita bertiga bertemu dia diCaffe. Jadi yang Bayu tau Aku,Kamu, dan Deo benar-benar satu keluarga"
"Aku bisa mengerti itu Cha, tapi biar bagaimanapun suatu saat nanti kamu harus jujur soal si kecil, aku akan bantu kamu jika kamu sudah siap untuk mengenalkan Deo kepada Ayahnya" Kemudian Yoyo mencium kening Icha dan memakaikannya sebuah Cincin untuk sebuah tanda keseriusan.
----------------
Setelah memastikan semuanya, menjalankan hari demi hari disetiap harinya lebih terasa tenang. Kami sudah menentukan tanggal pernikah kami, semoga semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang kami rencanakan.
"Aku takut Yah, Aku bisa baik-baik saja mungkin. Karena sejauh ini aku memang membesarkan Deo tanpa Bayu, tapi Bayu???" Sahut Icha sambil menina bobokan sikecil ini.
"Iya aku ngerti, tapi apa kamu mau terus menyembunyikan ini, biar nantinya juga kita bisa menjelaskan ini lebih mudah keDeo" Ujar Bayu. "Hubungan kalian itu cukup baik sebelum masalah ini, Bayu juga pasti bingung kalau sejauh ini kamu bersikap seperti membenci dia"
"Aku gak mau tiba-tiba rumah tangga mereka timbul masalah, udah itu aja. Apa kamu sekeberatan itu jika kamu menganggap Deo seperti anak kamu sendiri?"
"Bukan gitu sayang" Yoyopun mulai menenangkan Icha. "Kita lupain masalah ini sampai kamu sendiri yang akan membahasnya nanti, aku minta maaf ya Cha" Peluk Yoyo kemudian.
Sejujurnya aku mengerti apa yang kamu maksud, ini memang untuk kepentingan Deo yang sebenarnya. Tapi aku gak yakin semua ini akan baik-baik saja jika aku memberi tahu Bayu yang sebenarnya.
"Abang jagain Bundanya ya" Ujar Yoyo berpamitan. "Kamu gak mau bareng aku kerumah Mamahnya serius??"
"Iya, nanti aja agak siangan Mas. Kamu hati-hati dijalan, jangan gampang nunda makan" Ichapun mencium tangan Yoyo layaknya suami istri seperti biasanya. "Hayo Abang salaman dulu sama Ayah" Ucap Icha.
"Yasudah, nanti biar Ayah yang jemput dirumah Mamah ya Bun."
_______________________________________________
Mestinya Yoyo kasih kabar kalau dia akan pulang malam, kalau sudah hampir malam begini, rasanya agak takut juga pulang naik Taxi. 
"Adi???" Ucapku kaget setelah membukakan pintu.
"Iya Cha, tadinya saya gak mau kasih tau ini kekamu, tapi Yoyo belum juga sadar, jadi saya terpaksa jemput kamu kesini" Adi pun mulai memberitahukan apa yg sebenarnya terjadi dengan Yoyo. "Saya tau kamu disini karena dia sempat bilang mau jemput kalian disini"
"Yaudah Dii, kita jalan sekarang ya. Mah titip Deo ya, Deo malam ini nginep disini dulu ya" Ujar Icha terburu-buru.
"Kamu mau kemana Cha?? Yoyo mana???"
"Icha gak bisa cerita sekarang Mah, Mamah gak usah khawatir ya"
Memang gak biasanya Yoyo gak kasih kabar kayak gini, sebenarnya apa yang Yoyo fikirin, kenapa bisa sampai kayak gini. 
"Ruangannya dimana Dii???" Ichapun semakin mengkhawatirkan Yoyo ketika tiba dirumah sakit.
"Kamu tenang ya Cha, kita hanya tinggal nunggu dia siuman aja, keadaannya sudah membaik kok"
"Iya makasih ya Dii, aku disini berdua aja sama Yoyo gapapa kok Dii" Adi pun mulai meninggalkan ruangan tempat Yoyo dirawat. "Kamu harusnya bisa lebih hati-hati Yah, kamu harus tau kalau Deo akan punya Adik" Tapi tiba-tiba saja tangan kanan Yoyo yg Icha pegang untuk tumpuannya bergerak lalu membelai kepalanya.
"Bunda disini?? Deo mana??" Ucap seseorang dihadapannya dengan suara yg tidak terlalu jelas.
"Ayahhh???" Ujar Icha kaget. "Aku panggil Adi dulu yaaa"
"Gak usah" Yoyopun menahannya. "Bunda disini aja, maafin aku ya, harusnya kita udah dirumah sekarang"
"Kamu" Dasar Yoyo masih aja ngerasa bersalah disaat seperti ini. "Udah aku panggil Adi dulu"
"Lohh, kamu sudah siuman Yo?? Kamu itu macam-macam aja Yo, beruntung gak jauh dari RS. Tapi sebanarnya gak ada untungnya juga sii"
"Mana tau Dii" Sahut Yoyo.
"Ehh kamu kenapa Cha??" Tanya Adi, namun Icha mengabaikannya begitu saja. 
"Kamu yg jemput Icha kesini?? Naik mobilkan??" Tanya Yoyo mulai khawatir, karena setau dia Icha baik-baik saja sebelum dia pergi kerja tadi.
"Aku gapapa" Jawab Icha setelah kembali dari toilet. "Mungkin ini reaksi Adeknya Deo setelah melihat Ayahnya sudah siuman" Ucap Icha sambil tersenyum.
"Yoyo????"
"Iya Dii, Yoyo sukses hehe"
"Kamu benar-benar ya Yo, saya jadi grogi nih ada diantara kalian berdua, rasanya mau nambah 1 lagi biar jadi 3" Ledek Adi.
"Maksud Bunda??? Bunda hamil???"
"Kamu cepet sehat makanya Yahh"
"Loh jadi Yoyo belum tau????"
Betapa baiknya Tuhan, disaat seperti ini aku masih diberi kebahagiaan. Icha memang wanita yg luar biasa, semoga aku bisa terus menjaga kalian semua.
"Dii apa ada korban lain dikecelakaan kemarin??" Tanya Icha setelah dia fikir keadaan Yoyo memang sudah membaik, karena beruntung hanya terjadi pendarahan kecil dikepala akibat benturan.
"Itu yang mau aku bicarain Cha, korban 1 lagi masih belum sadar juga, dari kondisinya dia memang jauh lebih parah dari Yoyo, mungkin dia mengendarai motornya cukup kencang"
"Terus apa ada keluarganya???" Tanya Icha.
"Pihak RS sih sudah menghubungi keluarganya diJakarta tapi kemungkinan baru tiba disini nanti malam karena orangtuanya lagi tugas diluar"
"Kamu kenapa baru cerita Dii??" Tanya Yoyo membuat Adi dan Icha kaget. "Aku mau lihat keadaannya sekarang? Masa gak bisa ditanganin si Dii??" Tanya Yoyo.
"Tapi Yo, kamu masih harus istirahat" Sahut Adi mencoba memberhentikan Yoyo.
"Sudah Dii, biar aku yg samperin Yoyo" 
"Aku gak benar-benar inget kejadiannya Bun, tapi kalau orang itu lebih parah, aku juga gak bisa tinggal diam"
"Ayah, Bunda juga khawatir sama Ayah" Ujar Icha dan Yoyopun menoleh. "Ayah jangan terlalu fikirin hal macam-macam dulu"
Yoyopun mendekatkan dirinya lalu mencium kening Icha lalu tersenyum. "Aku minta maaf ya sayang, aku cuma mau lihat keadaannya sebentar, kamu temenin aku ya" Pinta Yoyo.
Beginilah Yoyo, dia akan lebih memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
"Ayahhh???" Ucap Icha kaget.
"Dii??? Kamu nemuin KTP orang ini??" Tanya Yoyo sesampainya diruangan pasien.
"Iya, data personalnya sudah sesuai dengan KTP kok Yo"
"Jadi benar-benar Bayuuuu??? Ayah ini Bayu" Yoyopun menarik Icha kegenggamannya dan kemudian memeluknya.
"Kalian kenal sama korban yg satunya??" Tanya Adi, tapi kemudian Yoyo memberi isyarat agar Adi meninggalkan mereka.
"Bayu akan segera sadar Cha, percaya sama aku" Ucap Yoyo.
Saya tau Cha gimana khawatirnya kamu, saya rasa itu satu hal yg wajar, saya bisa mengerti itu, karena tidak mungkin jika sebelumnya kalian tidak saling menyayangi. Harapan saya cuma satu, semoga ini tidak membuat ketetapan apa yg kamu yakinkan goyah.
"Kamu yakin???"
"Iya Bun, percaya sama Ayah yah. Biarin kita kenalin Deo sama Ayahnya"
"Kamu gak akan keberatan kalau Bayu akan sering temuin Deo??"
"Sekalipun Ayah ada hak untuk keberatan, itu egois namanya, Ayah juga berharap yg terbaik buat Deo"
Ternyata keberadaan Deo benar-benar membuat Bayu bisa siuman, awalnya Bayu memang sulit mempercayakan semuanya tapi pada akhirnya Bayu benar-benar bisa mempercayai karena usia Deo benar-benar tepat dengan kejadian saat itu. Kini sudah tidak ada lagi sesuatu yg disembunyikan Icha yg begitu memberatkan dirinya selama ini. Mengenai hak asuh Bayupun menyerahkannya kepada Icha karena itulah permintaan Icha, namun sesekali waktu dia akan berkunjung untuk menemui Ardeo Rizky. Dan kini Ichapun tau jika sampai sekarang ternyata Bayu belum menikah, padahal alasan Icha tidak ingin mengenalkan Deo karena Icha takut rumah tangga Bayu goyah dengan kehadiran Deo yg tiba-tiba. Icha dan Yoyopun kini tidak sabar menantikan calon adek Abang Deo yg begitu di nantikan, terlebih hasil USG menunjukan bahwa calon Adeknya Deo adalah seorang Putri.
___________
Maybe Badly, Maybe No
:D
"Ketika menulis menjadi sesuatu hal yang menyenangkan, maka menulislah. @fitriyaidul"
Aku bukanlah seorang penulis, aku hanya mencoba menuangkan apa yang ada diimajinasiku sejauh ini. Ini adalah benar-benar hasil imajinasi yang terserah kalian mau kalian bilang absurd, not bad, good atau apa itu terserah kalian hiksss
Thnks For Reading ;;)
Bersyukurlah untuk memudahkan segala sesuatunya!!
"WAKTU YANG TIDAK PERNAH TEPAT"
Instagram: Ohftryni
Twitter: @fitriyaidul
Facebook: Fitriyani Idul
line: titisanfitri

INFRAME "3" END

THE END

_________

Lagi-lagi berimajinasi itu memang sesuatu yang menyenangkan, ya meskipun hanya kalian sendiri yang mengerti tentang imajinasi kalian x)

Ya remember that Kak!! Kita bisa mengidolakan siapa saja, tidak harus Artis bukan? Mengidolakan FD disalah satu stasiun TV pun hal yang boleh-boleh saja, iya ;) Ini benar-benar keajaiban luar biasa memang, bisa ketemu Kak Alie ditempat tak terduga. Ini keren, keren banget. Mungkin setelah ini akan terbayang-bayang hari ini, aku ketemu Kak Arab, FD TransTV yang selalu membuatku tidak sabar untuk melihatnya Inframe x) Speechless deh..........

___________

Tidak semuanya bisa senang dengan saya seperti anak tadi, seperti teman saya yang dibuat tidak senang dengan kita sebut saja Haters. Bukan cuma artis saja ternyata yang mempunyai haters, bahkan disaat kita sekolah atau dimanapun kita berteman akan ada orang-orang yang mendukung dan tidak. Dimana ada hal positif tentu akan ada hal negatif :)

___________

END

Cerita ini aku buat udah lama jauh sebelum aku bertemu Kak Alie di Roadshow YKS JKT, makanya agak sedikit aneh ketika aku mempost ini setelah aku berhasil bertemu dengan Kak Alie ini. Tapi anggaplah Fans hoax dicerita ini itu aku. Namanya juga mengarang bebas :"

Thnkyou for readers {}
IG, Path, Line :
Ohftryni

Created @fitriyaidul


INFRAME "2"

AND NEXT x)

Cast :
Alie Akbar, Raffi A, Ohftryni

________________

Ya beginilah, bahkan kami Inframe untuk bekerjapun ada saja yang menyalahkan dengan ketidak senangan mereka. Tapi memang harus balik lagi kepada siapa kami sebenarnya, kami hanyalah salah satu team yang bekerja mengatur kelancaran berjalannya sebuah acara disalah satu stasiun TV. Biarkan ini menjadi tambahan agar kami tetap dapat mengkoreksi diri dengan hal-hal seperti ini, karena Tuhan tidak akan membiarkan hambanya bersombong diri.
"Loh Mas Alie masih disini, gak pulang Mas?" Tanya seseorang yang sama-sama bekerja diperusahaan pertelevisian ini.
"Oh iya, ini lagi siap-siap Mas hehe"
"Kalau gitu saya duluan Mas Alie"
"Iya hati-hati Mas" Sahutnya. "Fii belum pulang? Tumben kok sendiri?"
"Eh Mas Ali, iya nih Mas, tadi ada keperluan lain sebentar. Eh Mas Alie mau pulang bareng saya?"
"Gak usah Fii. Oiya, segmen curhat tadi keren haha"
"Ahh curang emang, team creativ saya dibikin jadi bulan-bulanan terus" Ujar Raffi mendengus kesal.
"Hahaa, Keep Smile Fii :)"

_____________________

"Kak Alie yah?" Balasnya dengan senyuman. "Ini miracle namanya kalau bisa ketemu Kak Alie disini"
"Haha, bisa aja kamu. Penonton setia YKS bukan nih?" Tanyanya.
"Ya, insyaAllah ada waktu luang lah Kak buat itu, meskipun gak full watch dari segmen 1 sampai selesai hehe" Masih dengan wajah yang percaya tidak percaya dengan keberadaan FD didepan aku sekarang hikss. "Kak Alie kok bisa disini, Kak Alie gak tugas?"
"Iya iseng aja mumpung lagi free"
"Mau ngobrol + tanya-tanya banyak sama kak Alie sebenernya. Kalau gak malu aku nangis nih kak bisa ketemu Kak Alie disini hehe"
"Duh, jangan dong"
"Minta Fotonya boleh ya Kak? Oiya Kak, inget-inget orang ini ya Kak hiksss"
"InsyaAllah inget, wanita dengan kerudung + kacamatanya :)"
"Nahh, FD dengan suara tampan + hidung mancungnya berikut dengan wajah arabnya x)"

______________________

Next INFRAME "3"

Dan lagi-lagi ini hanya imajinasi liar saja, jadi tidak ada yang serius readers x)

INFRAME "1"


-Story Begun-

Cast :
Vean, Alie Akbar, 
Dhika Rere, Oritama, 
Rini, Dadan, 
Adit, Pak Yanto.

____________________________


"Ahh mereka terlalu  munafik" Ucap Vean yang tampak kesal.
"Udahlah Ve, ini udah resiko kita. Kita inframe memang bukan untuk terkenal, tapi kalau ada beberapa dari mereka yang ternyata suka atau bahkan sebaliknya, yaa mereka punya haklah untuk itu" Sahut laki-laki hidung mancung dengan muka khas arabnya.
"Ahh elu Ve, Udah gapapa. Biar keeksisan gw bisa dilihat masyarakat Indonesia"
"Haha, Dika Dika. Nyokap lo ngidam apa dulu, gw heran" Jawab Dadan, dan Oritama pun hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah laku temannya itu.
"Loh, mau kemana Rin?" Tanya Dadan ketika sosok Rini muncul ditengah-tengah mereka.
"Pinjem Oritama nya dulu yah hehe" Jawabnya dengan senyum sumringah.
"Broh, tinggal ya, janji mau makan diluar haha"
"Wah pantes, dari tadi yang lain makan, lu diem aja"
"Emangnya elo gak bisa diem" Ujar Chibi-chibi tiba-tiba.
"Haha skak mat kan" Ujar Alie.
"Yakan biar eksis Pak hahaaa"
"Duluan Ya broh"
"Rin nitip buat saya ya"
"Oke Pak Yanto" *Wink*
"Jadi gimana Ve? Fans kamu masih pada bertingkah laku aneh?"
"Mungkin kita jangan terlalu inframe dulu kali Mas Yanto" Saran Alie.
"Ya dikurangi dulu mungkin. Pintar-pintar kita ajalah, yang jelas basic kita itu memang dibelakang layar, jadi kalau kita inframe terus tiba-tiba jadi punya banyak Fans ya pasti akan ada banyak Haters. Anggap aja ini semua iseng-iseng berhadiah, kadang beruntung kadang engga"
"Nah, bener Pak Yanto Ve. Gak usah terlalu diambil pusing" Ujar Dadan.

______________________________

NEXT INFRAME "2"